KESURUPAN JIN DALAM PANDANGAN ISLAM

Kesurupan (Ash shar ‘u) ialah ketimpangan yang menimpa akal manusia sehingga tidak dapat menyadari apa yang diucapkannya dan tidak dapat pula menghubungkan antara apa yang telah diucapkan dengan apa yang akan diucapkannya. Orang yang terkena kesurupan ini akan mengalami kehilangan ingatan sebagai akibat dari ketimpangan pada saraf otak. Ketimpangan akal ini akan diiringi dengan ketimpangan pada gerakan-gerakan orang kesurupan sehingga berjalan terhuyung-huyung dan tidak dapat mengendalikan jalannya.

Diantara fenomena kesurupan ini adalah kekacauan dalam ucapan, perbuatan dan fikiran.
Al Hafidz Ibnu Katsir Rahimahullah dalam “Fathul Bary” mengatakan kesurupan bisa jadi karena gangguan jin, dan tidak terjadi kecuali dari mereka yang berjiwa kotor; kemungkinan karena baiknya sebagian jenis manusia atau karena menimpakan gangguan kepadanya semata-mata.


Jadi hakikat kesurupan yang diakibatkan oleh gangguan jin adalah masuknya jin dalam tubuh manusia. Bisa jadi karena jin itu bekerjasama dengan tukang sihir/dukun dan inilah yang disebut Sihir, atau karena menyusup sendiri kedalam tubuh “seseorang” (manusia) karena ia benci atau karena ia cinta pada orang tersebut.

Eksistensi Jin

Karena hakikat kesurupan bisa jadi diakibatkan oleh jin, maka perlu kita uraikan eksistensi (hakikat adanya) jin yang sesungguhnya sehingga tidak lagi terkesan bahwa keberadaan jin adalah sesuatu yang khurafat.

Jin adalah salah satu jenis ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala yang masuk dalam kategori alam ghoib. Dan keimanan kepada perkara-perkara ghoib (al ghoibiyyat) adalah sesuatu yang wajib bahkan menjadi sifat pertama yang dipakai oleh Allah untuk mensifati orang-orang yang bertaqwa (lihat QS.2 :1-3). Adapun hal-hal yang ghoib lainnya adalah Allah subhanahu Wata’ala sendiri dzat maupun sifatnya, malaikat, hari kebangkitan, syurga dengan berbagai kenikmatannya serta neraka dengan berbagai bentuk siksaannya.
Allah berfirman:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

Artinya: Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.(Qs.7 : 27)

Eksistensi (hakikat adanya) jin ditunjukkan dengan banyaknya ayat dalam Al Qur’an yang menyebutkan tentang Jin, bahkan ada satu surat yang dinamai dengan Surat Al Jin (Surat ke 72). Kata “ Jin ” disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak 22 kali, sedangkan kata “ al-jaan “ disebutkan 7 kali. Jadi makhluk jin ini disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak 29 kali. Penyebutan kata Jin ini sudah menunjukkan eksistensinya, dan untuk apa Allah menyebutkannya kalau memang tidak ada.
Firman Allah Ta’ala :

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ
Artinya: “dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan ” (QS.46: 29).

Dalil-dalil lainnya dapat dilihat misalnya dalam surat : 6 : 130, 55 : 33, 72 : 1 dan 6, 5 : 91, 51 : 56 dan ayat-ayat lainnya.

Dalil-dalil As Sunnah juga sangat banyak menyebutkan tentang eksistensi Jin ini, diantaranya : Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘Anha 

خلقت الملائكة من نور وخلق الجان من مارج من نار وخلق آدم مما وصف لكم
Artinya : “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari api, dan Adam diciptakan dari yang telah dejelaskan kepada kalian “ (Hadits shahih R.Bukhari dan Muslim).

Sifat-sifat Jin

Dijelaskan dalam ayat-ayat Al Qur’an dan as Sunnah tentang sebagian sifat-sifat jin yaitu:
1. Jin diciptakan dari api, dan diciptakan lebih dah ulu dari manusia (QS. 15 : 26-27)
2. Jin berjenis kelamin, laki-laki dan perempuan serta kawin dan berketurunan (QS. 55 : 56, dan 18 : 50 ) dan bisa kawin dengan manusia
3. Iblis termasuk dari golongan jin bukan dari golongan malaikat (QS. 18 : 50)


4. Terdiri atas 3 jenis : - Jenis jin yang memiliki sayap dan terbang di udara
- Jenis ular dan kalajengking atau anjing berwarna hitam
- Jenis yang menetap dan berpindah-pindah.
(H. Ath Thabrany, Al Hakim, Al baihaqi di dalam Asma wa shifat dengan sanad yang shahih)
5. Memiliki bentuk rupa yang buruk 
6. Memiliki 2 tanduk (HR.Bukhari dan Muslim)
7. Jin juga makan dan minum, makanannya adalah tulang dan kotoran manusia serta semua makanan yang tidak dibaca dengan nama Allah (Bismillah).
8. Jin bisa menyerupakan diri sebagai manusia dan binatang tetapi bukan dalam bentuknya yang asli, Imam Syafi’I Rahimahullah mengatakan: “Bohong orang yang mengatakan melihat jin (dalam bentuknya yang hakiki)”.
9. Jin termasuk makhluk mukallaf (dibebankan kewajiban beribadah kepada Allah) lihat QS.51:56), karena itu ada yang ta’at (Muslim) dan ada yang membangkang (Kafir) lihat QS. 72 : 11 dan 14-15. 
10. Rasul yang diikuti oleh jin adalah Rasul dari kalangan manusia (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam). Lihat QS. 6 : 130.
11. Mereka menyenangi beberapa tempat, seperti : rumah yang di dalamnya ada anjing, di tempat-tempat kotor, kosong dan gelap, reruntuhan bangunan, di lubang-lubang, batu-batu, tanah yang gundul, kuburan, lautan, tempat yang ada suara musik seperti seruling, lonceng dan alat-alat musik lainnya, tempat-tempat yang ada patung dan gambar-gambar bernyawa, rumah yang di dalamnya lalai disebut nama-nama Allah, lalai beribadah, lalai dalam memelihara syari’at dan lalai membaca Al Qur’an. Mereka juga berada di antara barisan shalat (shaf) yang renggang, mereka juga menyenangi pasar-pasar.
12. Syetan jin dapat mencuri informasi dari langit. Mereka berta’awun dengan dukun/paranormal. Informasi yang berhasi yang dicuri oleh jin tersebut disampaikan kepada dukun/paranormal sehingga dukun/paranormal itu dapat menyampaikan hal-hal yang belum terjadi.
13. Jin juga dapat menculik manusia. (lihat buku Luqtul Marjan fi Ahkamil Jaan).
14. Jin menguasai dan mengalahkan manusia yang banyak berbuat dosa, sebaliknya tidak dapat menguasai dan mengalahkan orang-orang yang kuat imannya.

Dalil-Dalil Tentang Eksistensi Kesurupan Jin

Pertama : Dalil Al Qur’an

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. 2 : 275).

Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan: “di dalam ayat ini terdapat dalil atas kesalahan orang yang mengingkari kesurupan jin dan mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pengaruh tabiat, atau syetan tidak dapat masuk pada diri manusia dan tidak dapat mengganggunya menjadi gila.

Sedangkan Al Alusi memberikan komentar: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan riba, mereka tidak dapat berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kesurupan di dunia. Attakhabbuth ialah pukulan bertubu-tubi di berbagai penjuru. Firman Allah minal massi, yakni penyakit gila. Dan dikatakan mussa arrajulu fahua masuus yakni gila, asalnya adalah menyentuh dengan tangan dan dikatakan demikian karena syetan mungkin menyentuh seseorang dan persentuhannya itu menimbulkan kerusakan sehingga menimbulkan gila.

Kedua : Dalil As Sunnah

Dari Mathar bin Abdur Rahman Al A’naq, ia berkata, : Telah menceritakan kepadaku Ummu Abban binti Al Wazi’ bin Zari’ bin Amir Al Abdi dari bapaknya bahwa Kakeknya A Zari’ pergi menemui Rasulullah SAW dengan membawa anaknya atau anak saudara perempuannya yang sedang gila. Kakekku berkata : Ketika kami datang kepada Rasulullah SAW di Madinah, aku berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membawa anak-anakku atau anak perempuanku yang sedang gila, aku bawa dia kepadamu agar engkau mendo’akannya kepada Allah”. Nabi SAW berkata : “Bawalah dia kemari”. Kemudian aku pergi mengambilnya di kendaraan, lalu aku lepaskan ikatannya dan aku copot pakaian safarnya kemudian aku ganti dengan dua pakaian yang baik dan aku gandeng tangannya hingga kubawa kehadapn Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW berkata : “Dekatkanlah kepadaku dan hadapkan punggungnya kepadaku”. Ia (Kakekku) berkata : Kemudian Nabi SAW mengambil mengambil simpul-simpul kainnya dari atas dan bawahnya lalu memukul punggungnya hingga aku lihat putih kedua ketiaknya seraya berkata : “Keluarlah musuh Allah, Keluarlah musuh Allah”. Kemudian anak itu menatap dengan pandangan yang sehat tidak seperti pandangan sebelumnya, lalu Rasulullah SAW menundukkannya dihadapannya seraya berdo’a untuknya kemudian mengusap wajahnya. Setelah do’a Rasulullah SAW ini tidak ada seorang pun diantara rombongan yang lebih baik dari anak itu.
Al Haitsami berkata : Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani sedangkan Ummu Abban tidak menyampaikan Riwayat kepada Mathar.(Majmma’uz Zawa’id). 


Dari hadits ini dapat disimpulkan beberapa hal :
1. Syetan bisa merasuki manusia hingga menjadi gila
2. Kesurupan dapat menimbulkan penyakit pisik dan kejiwaan.
3. Kesurupan (kerasukan syetan) bisa diobati
4. Syetan bisa merasuki anak-anak hingga menjadi gila. Hal ini nampak jelas dari perkataan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam “Keluarlah musuh Allah” . Perintah keluar disampaikan tentunya setelah proses masuk sebelumnya.

Ketiga : Dalil logika

Jin adalah makhluk halus sedangkan manusia adalah makhluk berjasad. Maka Muhammad Al Hamid dalam buku Rududun ‘alal bathil berkata: Jika jin berjasad halus maka secara akal ataupun agama tidak mustahil bila masuk kedalam tubuh manusia, karena yang halus bisa masuk kedalam tubuh yang tebal, seperti udara bisa masuk kedalam tubuh kita, atau api bisa merasuk didalam bara, atau listrik mengalir dikabel, bahkan seperti air didalam tanah, pasir dan pakaian, padahal dia tidak sehalus udara dan lsitrik.
Sikap ahlul haq ialah menerima nash-nash yang memberitahukan bahwa jin bisa masuk kedalam tubuh manusia, kenyataannya mengenai hal ini pun telah banyak kita saksikan sehingga kita tidak boleh menolaknya. Bahwa wahyu telah memberitahukan hal ini. Kita dituntut menerimanyatanpa Ta’wil dan Na’if yang akan membawa nash-nash tersebut keluar dari jalannya yang benar kepada berbagai kebengkokan yang dapat dibenarkan oleh Islam dan Aqidah yang benar. Sikap mengimani inilah yang akan menyelamatkan dari keabadian di neraka kelak.
Kenyataan-kenyataan tentang masuknya jin kedalam tubuh manusia ini sangat banyak dan bisa disaksikan. Orang yang mengingkarinya, karena saking banyaknya peristiwa ini, akan bertabrakan dengan kenyataan-kenyataan empirik yang sekaligus menyatakan kesalahan pendapatnya tersebut 

Keempat : Dalil realitas

Hampir setiap hari kita menemukan orang yang kesurupan, terkadang keluarga kita, kawan kita bahkan diri kita sendiri yang kebanyakannya karena dikirim oleh tukang-tukang sihir dan dukun yang mendapatkan order dari orang-orang yang sakit hati. Salah satu bukti realistis adalah seseorang yang ketika kesurupan dapat berbahasa Arab dengan baik padahal ketika ia sadar tidak dapat melakukannya. Ini diakibatkan karena jin yang menyusup pada orang itu pandai berbahasa Arab atau ia adalah jin berbangsa Arab.

Metode Pengobatan Kesurupan

Islam membagi metode pengobatan terhadap orang yang kesurupan dalam dua bagian besar, yaitu :

A. Metode yang bertentangan dengan syari’at
Adapun metode yang bertentangan dengan syari’at umumnya menggunakan jin, yaitu beristi’anah (meminta pertolongan) kepada jin, bentuknya adalah dengan menggunakan bacaan/mantra-mantra yang mengandung unsur syirik. Dengan bacaan-bacaan/mantra-mantra itulah ia mengundang jin untuk memberikan pertolongan kepada orang yang kesurupan. Biasanya bacaan-bacaan ini menggunakan sebagian ayat-ayat Al Qur’an dengan maksud mengelabui dan selebihnya menggunakan bahasa yang tidak jelas dan tidak dipahami maknanya.

Allah berfirman : 
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
Artinya : Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.(QS.72: 6).

Syaikh Al Utsaimin Rahimahullahu dalam Al Qaulul Mufid ‘Ala Kitabit Tauhid mengatakan : “Sisi penggunaan ayat sebagai dalil ialah celaan terhadap orang yang memohon perlindungan kepada selain Allah (jin). Seseorang yang memohon perlindungan kepada sesuatu, tidak diragukan lagi bahwa dia telah mengaitkan harapan kepadanya dan bersandar kepadanya. Ini termasuk jenis syirik.

Rasulullah Shallallahu “Alaihi Wasallam bersabda :
إِِِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
Artinya : Sesungguhnya ruqyah, jimat dan pelet itu adalah syirik (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Ibnu Mas’ud Raiyallahu ‘Anhu).

Metode yang haram ini banyak digunakan oleh tukang sihir, dukun, paranormal dan lain-lain yang sejenis. Syekh Wahid Abdul salam Bali menjelaskan “ Cara kerja mereka pada dasarnya adalah meminta kepada selain Allah. Syetan-syetan tidak akan mau melayani tukang sihir hingga dia kafir dengan suatu ucapan atau perbuatan. Semakin mereka itu itu bermaksiyat kepada Allah maka syetan-syetan itu semakin dekat kepadanya. Waktu kecil, kami sering mendengar ada seorang ahli sihir terkenal tidak bisa mensihir dan syetan-syetan tidak mau datang kepadanya hingga ia menjadikan Al qur’an sebagau alas kaki yang dipakainya untuk ke WC. Oleh sebab itu, syetan-syetan mau melayaninya dan membawakan sesuatu ke rumahnya.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

من أتى كاهنا فصدقه فقدكفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم
Artinya: Barangsiapa mendatangi dukun dan membenarkannya, maka sungguh ia telah kafir kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (HR. Abu Dawud). 

Dalam riwayat yang lain disebutkan yang :

Artinya: Barangsiapa mendatangi seorang dukun peramal, lalu bertanya kepadanya sesuatu dan membenarkannya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari (HR. Imam Muslim).

B. Metode yang sejalan dengan syari’at
Metode ini disebut juga “Ruqyah Syar’iyyah” yaitu pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an, nama-nama dan sifat-sifat Allah, do’a-do’a yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam atau do’a-do’a yang berbahasa Arab yang jelas dan dipahami maknanya, dengan mengharapkan kesembuhan dari Allah semata, serta meyakini bahwa bacaan itu tidak memberi pengaruh pada dzatnya kecuali dengan taqdir Allah ‘Azza Wa jalla.

Rasulullah Shallallahu “Alaihi Wasallam berkata kepada ‘Auf bin Malik Radiyallahu ‘Anhu ketika beliau bertanya tentang ruqyah yang dilakukannya :

اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ. لاَ بَأْسَ باِلرُّقَى ماَلمَ ْتَكُنْ شِرْكًا
Artinya: “Perlihatkan kepadaku (metode) ruqyahmu,tidak mengapa ruqyah selama tidak (mengandung unsur) syirik” (Hadits Shahih Riwyat Muslim).
Selanjutnya lihat buku “Kesurupan Jin dan Terapinya menurut Al Qur’an dan As Sunnah”.

Wallahu Ta’ala A’laa wa A’lam

*Disajikan dalam Seminar Islami “Pengobatan Kedokteran Spritual: Kesurupan Jin dalam Tinjauan Syar’I dan Terapinya secara Islami diselenggarakan Oleh Wahdah Islamiyah Cabang Ternate kerjasama dengan Pengurus Masjid Babussalam UNKHAIR Ternate, Sabtu 9 jum.Tsaniyah 1426H- 16 Juli 2005M, Oleh : Muhammad Qasim Saguni

Maraji : 
1. Wiqayatul Insan Minal Jinni Wasysyaithan, oleh Wahid abdul Salam Bali
2. Ash Shadimul Battar fit Tashaddii lissaharatil Asyrar, oleh Wahid Abdul salam Bali.
3. Al Qaulul Mufid ‘Ala Kitabit Tauhid, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
4. Al Madkhalu lidirasatil ‘Aqidatil Islamiyyah ‘ala Madzhabi Ahlissunnah Wal jama’ah. Oleh DR. Ibrahim bin Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan.
5. Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid, oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh.


Sumber:http://www.qasimsaguni.com/2008/11/kesurupan-jin-dalam-pandangan-islam.html

0 komentar on KESURUPAN JIN DALAM PANDANGAN ISLAM :

Posting Komentar